Kapan Ibuku Pulang? (Eka Purwitasari)



Ibu,
Di sini aku menantimu.
Di pelataran cahaya,
bersama desing ombak yang menggulung.
Lama tak jumpa,
Tak ada sebersit senyum indahmu di sini,
Di lautan hatiku.
Kau berjuang mengais rupiah,
Di negeri pengharapan.

Ibu,
Sudah makan apa hari ini?
Bolehkah aku duduk disampingmu?
Bersandar di bahumu?
Seperti dulu.
Kau membelai rambutku.
Mengantarku pada pangeran mimpi.

Ibu,
Laut ini memisahkan mata kita,
Untuk saling menatap.
Berlinang-linang air mata.
Tapi, mengapa kau tak pernah berkirim kabar pada angin?
Untukku.

Ibu,
Senja menyesap.
Menyergap dalam sejuknya pantai.
Apakah disana sesejuk disini?
Tapi, kau pasti kepanasan, Ibu.
Berjuang di tanah pasir.

Ibu,
Pulanglah!
Kemarilah!
Dekaplah aku kuat-kuat.
Biarlah remuk tulang ini.
Asal kau tertatap dua mata.
Rindu sudah aku padamu.
Dan, hanya mampu berbisik pada laut.
Gemeretak dalam sepi.

Ibu,
Kembalilah!
Bernyanyilah lagi disini.
Di tanah kedamaian.
Meski kejam dunia menindas,
Kau bubuki aku dengan cinta.
Lalu,
Kapankah kau pulang Ibu?
Dari negeri impian.
Kudengar, di sana kejam.
Suka memotong kepala orang.
Kepala orang-orang lemah.
Para pembantu.

Dan, Ibu,
Semoga kau tegar disana.
Karena Allah menyertaimu.
Tapi,
Kapankah kau pulang, Ibu?
Di sini aku sendiri.
Menantimu.


[Tetsuko Eika – 6 Oktober 2011 ]

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar